28 Juni 2016

Subliminal Message

Beberapa hari lalu, timeline Facebook saya mendadak jadi HOT gara-gara hashtag #NoConjuringNoProblem. Heran karena gak biasanya, akhirnya saya iseng-iseng ikutin beberapa komentar dan status terkait hashtag ini. Btw, first of all saya nulis note ini bukan semata-mata karena yang posting hashtag itu adalah Pastor saya dan salah 1 orang yang saya respect, tapi karena setelah saya melihat komentar-komentar yang juga dari saudara seiman saya yang Kristen, saya jadi 'gatal' untuk sharing ini. Semoga sharing ini bisa sedikit memuaskan para sahabat dan saudara seiman saya dari kaum 'intelektual' yang mungkin kurang puas dengan jawaban-jawaban yang diberikan oleh saudara Kristen lain. And NO, I don't intend to start another debate. :)


FAITH / BELIEF


First, saya mau share dulu tentang iman (faith or belief). Bagi saya, iman / belief (tidak selalu berbau agama, tapi lebih dalam ke prinsip hidup atau bagaimana seseorang memandang kehidupan dan segala sesuatu di sekitarnya) itu bagian dari human nature. Theists believe in God or a Supreme Power above everything, Atheists believe there is no God, and for those who say they believe in nothing, well you actually believe in something (nothing). Saya nggak lagi bermain kata-kata, tapi kenyataannya seperti itu kan.

Lalu sekarang saya mau jelaskan apa dampak dari belief ini. Belief ini dibangun sejak kita lahir, entah dari keluarga atau nanti dari lingkungan setelah kita dewasa. Saya percaya kalau belief itu adalah core atau sumber yang mendasari semua pikiran dan perilaku kita. Oleh sebab itu, semua buatan manusia yang ada di kolong langit, sedikit banyak pasti ada pengaruh dari belief pembuatnya. Buatan manusia itu bisa berupa teknologi, karya seni, peraturan pemerintah, budaya, apapun itu yang dibikin manusia.

Contoh nih, perdebatan antara kaum Creationist dan Evolutionist. Yang satu percaya kalau Bumi itu umurnya sekitar 6000 tahun, yang satu percaya kalau Bumi umurnya sudah milyaran tahun. Sample tanahnya sama kok bisa beda interpretasinya? Dua-duanya kaum scientist lho yang nggak bakal buka suara kalau gak berdasarkan bukti scientific. Jawabannya ya karena belief tadi. Yang satu pakai kacamata Kristiani dan menggunakan Bible sebagai pembanding, yang satu Non-Kristiani dan berusaha untuk mematahkan argumen Bible. So I think, kebanyakan perdebatan dan perang di dunia ini itu sebenarnya pada intinya adalah karena perbedaan belief ini.


MEDIA


Sekarang saya masuk ke media. Sebagai orang yang bekerja di industri multimedia, saya cukup paham apa itu media dan kekuatannya (I'm not a media expert, but yeah I know what it is). Media dapat digunakan untuk membangun opini publik, dan saat opini publik itu terbangun, opini itu akan diterima sebagai sebuah truth. Makanya nggak kaget waktu pemilu terakhir di Indonesia, tiba-tiba banyak media-media news baru yang bermunculan. Itu karena mereka tahu the power of media, mencoba dengan senjata ini untuk membangun opini publik.

Orang Indonesia, menurut pengamatan pribadi saya, tipikalnya banyak yang suka latah. Ada judul artikel yang menyerang kaum yang berbeda belief-nya dengan dia, langsung di share karena merasa belief-nya disupport. Ada postingan foto, kalau like dan share bisa selamatkan orang-orang menderita di ujung dunia sono, langsung di like dan share. Eh, bro and sis, kalau mau nolong orang ya buat aksi yang nyata donk. Minimal, kalau gak bisa bikin aksi nyata ya doain, bukannya ngelike. nggak tau lagi kalau prinsipnya ngelike = doain #tepokjidat.

I'm not sure, tapi mungkin ada hubungannya juga dengan habit membaca yang kurang dihargai di negara kita tercinta. Malas membaca membuat malas mencari informasi, sehingga mudah sekali percaya dengan setiap informasi yang masuk.

Jadi, media sebagai bikinan manusia juga tidak terlepas dari pengaruh belief pemiliknya atau siapa yang menjalankannya. Apakah media itu jahat? Nggak! Tapi tergantung siapa yang pegang kontrol. Ibarat pisau, mau dipakai motong daging atau bunuh orang itu tergantung siapa yang pegang.



SUBLIMINAL MESSAGE




Nah sekarang saya akan masuk ke bagian yang jadi judul note saya kali ini. Subliminal message (bisa dicari di google) sederhananya adalah pesan terselubung yang disampaikan oleh seseorang lewat sebuah media. Pesan ini barang alus, bro and sis, nggak kerasa waktu masuk. Kalau langsung kelihatan buruk, kita refleks bisa menolak, tapi kalau barang alus? Tiba-tiba udah masuk gitu aja. *plung*

Ada pepatah berkata kalau 'mata dan telinga itu jendela jiwa'. Bagi saya, itu artinya mata dan telinga itu adalah jalan masuk dari semua informasi yang saya dengar, lihat, dan baca ke dalam jiwa / pikiran saya. Semua informasi itu seperti benih yang ditaburkan di memori saya yang entah tumbuh atau tidak nantinya. 'Tumbuh' di sini dalam artian benih itu matang dan sanggup untuk mengubah belief saya atau paling tidak minimal bikin saya bingung dan ragu dengan belief saya.

The problem is, begitu benih-benih ini ditaburkan, kita tidak bisa langsung menghapus dari memori kita. Kalau ada yang bisa shift+del memorinya, gak ada ceritanya orang bisa baper atau gagal move on, bro and sis. Saya juga minta diajarin kalau ada yang punya skill begitu. hehehe

Subliminal message itu seperti perokok pasif. Di awal-awal nggak kerasa efeknya, tau-tau sudah jadi penyakit. Waktu kita nonton film (film juga termasuk salah 1 media, fyi), nggak kerasa apa-apa. Kita yakinkan diri kita, 'ah itu kan cuma film', tapi suatu saat waktu kita ketemu situasi / experience yang ada mirip-miripnya dengan film itu, there's a chance memori tentang film itu akan pop up dan we might think that the film is the truth. Di sini kita mulai ragu dengan belief kita, apalagi biasanya dalam situasi-situasi yang memakai banyak emosi (marah/sedih/happy) bakal membuat pikiran kita kurang jernih. Iya kalau yang tumbuh itu dari benih yang baik, kalau nggak kan berabe.

Contoh sederhana nih, kalau pas lagi happy dengerin lagu patah hati, nggak ngefek apa-apa kan. Coba pas lagi patah hati dengerin lagu yang sama, kayaknya cuma lagu itu yang deh bisa ngertiin perasaan kita. Intinya yang saya mau sampaikan adalah it's all by chance.

Film terakhir yang saya tonton yang saya 'aware' dengan subliminal message nya adalah Kungfu Panda 3. Saya tulis 'aware' karena saya juga gak pede-pede banget selalu bisa mendeteksi 100% pesan-pesan model beginian (namanya juga barang alus, gan).

Buat yang udah nonton, di samping mengajarkan nilai-nilai yang baik seperti percaya diri, kerja tim, dan sacrifice untuk kebaikan orang lain, sadar nggak kalau film ini juga promote gay marriage? Sepanjang film, 1 pesan yang ditekankan adalah 'having 2 dads is awesome', di Indonesia mungkin tidak terlalu ngefek karena masih konservatif (thank God), tapi di negara-negara yang sudah men-sahkan UU yang mendukung LGBT, efeknya besar. Di negara-negara itu, kesempatan untuk melihat fenomena 2 papa dan 1 anak di jalan-jalan lebih besar daripada di sini. Film ini menarget audience anak-anak (mungkin) dengan harapan si pembuat pesannya adalah saat anak-anak ini dewasa nanti, mereka bisa lebih menerima hal itu.

Btw, perlu di garis bawahi bahwa saya menulis ini bukan berarti saya mendukung pelaku penembakan di Orlando beberapa hari lalu yang menewaskan banyak orang dari kaum LGBT. I believe that's not the way Christ love people.


WHAT ABOUT HORROR MOVIE?


Ini opini saya tentang film horor. Saya sendiri tumbuh dengan menonton film-film horror dan sadis. Sebut saja Nightmare on Elm Street, Emily Rose, Final Destination, Saw, Hostel, saya nonton itu semua dari saya masih kecil sampai remaja. Di tempat kursus bahasa Inggris saya dulu, guru saya punya cara unik untuk melatih kemampuan Inggris kami, yaitu dengan nonton film berbahasa Inggris + subtitle nya bahasa Inggris juga. Cara itu cukup efektif buat saya, tapi entah kenapa film yang diputar sering bergenre horror dan sadis gitu (kayaknya karena dia juga ngefans sih). And trust me, waktu adegan-adegan sadis di film-film model Saw dan Hostel, 1 ruangan cuma saya sendiri yang ketawa-ketiwi (karena udah biasa) sementara yang lain jerat-jerit. *iya, saya rada psycho kayaknya*

Sejak saya kenal Tuhan Yesus, secara perlahan-lahan saya juga ga tau persisnya, ketahanan saya untuk menonton film-film seperti itu jadi jauh menurun. Dari yang biasa, jadi nggak biasa/nyaman lagi. Dan setelah 10 tahun ini menjadi orang Kristen, saya mulai memahami, kalau boleh saya sebut, nature dari film horror.


Film horror ini plotnya langsung menembak ke arah spiritualitas / roh. Mana ada sih film horror yang nggak ada setannya? Prinsip-prinsip rohani yang diajarkan lewat film-film ini lah yang langsung menarget ke belief kita.

--
"Ah, kalau imannya gak kuat gak usah nonton lah. Kepo banget." Seperti yang udah saya sebut di atas, waktu nonton film gak kerasa apa-apa, bro and sis. Iman kuat emang harus, kita justru semakin hari harus terus menguatkan iman kita. Tapi ingat, mata dan telinga kita adalah jendela jiwa, ada benih yang ditabur dari film-film itu ke dalam memori kita yang menunggu waktu untuk tumbuh kalau situasinya mendukung.

Iblis itu suabarrr bro and sis kalau bekerja, mereka gak buru-buru, tapi deadly. Yang buru-buru itu cuma klien yang minta desain kelar besok hari.. (ups, malah curhat :p )

Saya beberapa kali berdialog dengan saudara sesama Kristen yang pas menyinggung topik tentang demonic activity, sedihnya banyak yang pemahamannya tentang demonic activity tidak berdasarkan Bible, tapi dari film-film horror yang pernah ditontonnya. Do u know that meskipun ada Bible-nya di film-film horror itu, biasanya udah di twist. Iya, saya percaya ada truth di segala sesuatu, bahkan di film horror sekalipun. Tapi twistnya suka alusss bro and sis, sampe kita ga sadar. Terutama buat yang jarang baca Bible / bacanya skip-skip karena merasa udah pernah tau ceritanya.

--
"Gak usah terlalu fanatik lah, apa-apa pake ayat dicocok-cocokin." Well, bro and sis yang bilang gini, saya jadi nanya balik, kamu Kristen bukan sih? Kalau bukan saya maklum, tapi kalau Kristen, harusnya tahu donk kalau Bible itu top and final authority. Segala sesuatu harus dilihat dan dibandingkan dengan prinsip-prinsip Alkitabiah.

"..pake ayat dicocok-cocokin." Nah, saya agak hati-hati dengan statement ini. Firman Tuhan itu ada 2 jenis, logos dan rhema. Logos yang tertulis (Alkitab fisik kita), dan rhema adalah yang Tuhan 'buka' / reveal melalui Roh Kudus saat kita membaca logos. Rhema tidak pernah bertentangan dengan logos, lha sumbernya sama dari Tuhan kok. Tapi, kadang kita belum bisa menerima rhema yang diterima seseorang karena rhema itu relevan dengan pengalamannya dia dan bukan kita. Atau ada pengetahuan-pengetahuan lain yang kita belum mengerti sehingga kita gagal paham dengan rhema orang lain. Tapi saya juga tidak menampik bahwa memang ada oknum-oknum yang memanfaatkan ayat-ayat Alkitab untuk personal gainnya. So, jangan buru-buru menjudge orang lain. ;)

--
"Pikirannya sempit banget." Ini lagu lama, udah lawass.

Masuklah melalui pintu [gerbang] yang sesak itu, karena lebarlah pintu [gerbang] dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu [gerbang] dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.

- Matius 7:13-14

Pintu yang sesak / sempit itu tidak cuma berbicara bahwa jalan keselamatan hanya ada pada Yesus Kristus, tapi juga bagaimana kita menjaga pikiran dan perilaku kita saat kita masih hidup di dunia. Alkitab juga mengajarkan jangan jadi serupa dengan dunia kan?

Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

- Roma 12:2


"..be not conformed to this world (KJV)" jangan serupa / menjadi sama dengan nilai-nilai yang dunia ajarkan. Conformed itu seperti pudding yang dituang ke cetakan, Tuhan tidak mau setelah kita lahir baru, kita masih memakai cetakan duniawi.

Nah, karena orang Kristen tidak mengikut nilai-nilai dunia yang adalah mayoritas / populer tapi mostly corrupted, makanya orang Kristen disebut sempit pikirannya. Iya emang, sempit, tapi apa maksudnya orang Kristen trus jadi bodoh (sempit karena kurang pengetahuan) ?


Eitss, di Roma 12:2 dikatakan "berubahlah oleh pembaruan budimu, sehingga kamu dapat membedakan..", artinya kita juga harus mengejar pengetahuan. Tapi kali ini, dilihat dari prinsip-prinsip Alkitabiah. Tujuannya sebagai filter dari setiap informasi yang masuk ke dalam diri kita. Saya tidak setuju dengan orang Kristen yang tidak mengejar pengetahuan dan literally nyomot ayat Alkitab tanpa pengetahuan juga, menurut saya itu udah salah kaprah.

Hati orang berpengertian memperoleh pengetahuan, dan telinga orang bijak menuntut pengetahuan.

- Amsal 18:15.

Versi NIV "The heart of the discerning acquires knowledge,.." discerning itu artinya memilah, memfilter, membeda-bedakan. Telinga orang bijak menuntut pengetahuan, nah marilah kita menjadi bijak. :)

Ada 1 komentar yang saya lihat kemarin yang saya rasa cukup bikin geli. Ada 1 ibu-ibu yang membawa anaknya yang masih SD nonton Conjuring 2 dan berkata kalau dia mendapatkan pesan moral yang luar biasa dan mengajarkan anak nya kalau kuasa setan tunduk di bawah nama Yesus. Ermm, sorry sebelumnya, saya emang belum menjadi orang tua, tapi saya rasa itu cara parenting yang kurang tepat. Sistem rating dunia saja, merating film Conjuring 2 dengan label R (Restricted), Ibu kok bisa-bisanya bawa anak di bawah umur masuk. Udah gitu petugas bioskopnya mengijinkan. #tepokjidatlagi


---------------------------
Udah ah, nulisnya kepanjangan nanti malah gak dapet esensinya. Perlu di garis bawahi juga kalau saya bukannya mau support HIDUP DI GUNUNG aja biar nggak terpengaruh yang negatif. Masih ada kok media-media yang orang-orang di baliknya memberikan pesan-pesan yang positif. Yang penting kitanya yang harus lebih bijak memilah-milah, gitu aja. :)

Pesan terakhir yang saya mau sampaikan adalah jangan jadi orang Kristen yang ignorant dan yang terpenting tetaplah terus bertumbuh dalam iman akan Kristus.

Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.

- 1 Tesalonika 5:21



Tuhan Yesus memberkati!

31 Juli 2015

Menunggu

Suatu hari ketika saya berada di bandara untuk melakukan perjalanan antar-kota dengan pesawat, saya mendapati bahwa pesawat yang akan saya tumpangi mengalami delay. Delay artinya menunggu dan menunggu itu tidak enak.

Di dalam masa 'delay' itu, Tuhan mengajarkan sesuatu pada saya bahwa tidak ada yang saya bisa lakukan yang dapat membuat pesawat itu datang lebih cepat. Entah saya mau marah-marah dengan petugas maskapai, entah saya mau duduk-duduk saja, atau jungkir balik guling-guling di landasan pacu pesawat, tidak ada yang dapat membuat pesawat itu datang lebih cepat dari waktu delay yang sudah ditentukan. Tapi 1 hal yang pasti, pada akhirnya pesawat itu toh juga bakal terbang setelah dia siap.



Dalam kehidupan kita, kita sering mengalami masa-masa penantian yang 'sengaja' diijinkan Tuhan terjadi dalam hidup kita. Memang dalam beberapa kasus, masa penantian itu ada karena kita memang perlu memperbaiki / mengerjakan sesuatu dulu dalam diri kita baru berkat itu diberikan, alias diri kita sendirilah yang menyebabkan penundaan itu.

Tapi ada kasus juga dimana masa penantian itu diberikan seperti ilustrasi pesawat delay di atas, yang mana memang satu-satunya yang kita bisa lakukan hanya: MENUNGGU. Memang saat kita menunggu pesawat kita bisa melakukan hal-hal lain, misalnya baca buku, ngopi, main gadget, dengerin musik, dll, tapi sekali lagi, kegiatan-kegiatan itu tidak mempersingkat / meniadakan status delay-nya.

Satu hal yang menarik yang Tuhan katakan pada saya adalah MENUNGGU itu adalah perbuatan iman lho. Sederhananya begini, saat pesawat delay, kita rela menunggu karena kita PERCAYA bahwa setelah waktu delaynya selesai, pesawatnya pasti berangkat. Mana ada orang yang saat tahu pesawatnya delay, lalu buru-buru pulang ke rumah. Kalaupun ada orang yang kayak gitu (pulang gara-gara pesawat delay), pesawatnya tetap berangkat kan.

Nah, itu sama dengan saat kita menunggu janji Tuhan digenapi dalam hidup kita, kalau kita mau tetap PERCAYA sekalipun tidak ada yang kita bisa lakukan untuk membuat janji itu datang lebih cepat, maka pada waktu-Nya nanti, janji itu pasti digenapi. Kalau Tuhan sudah janji sama kita, sekalipun kita harus menunggu, jangan cepat-cepat 'pulang' karena males nunggu. Jangan-jangan saat waktu-Nya tiba, kita lagi tidak berada di tempat gara-gara kita udah 'pulang' duluan.. kan sayang banget.

2 Petrus 3:9
"Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat."

Ibrani 10:23
"Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia."

Dan 1 lagi yang kita perlu ingat, sesuatu yang butuh waktu biasanya lebih berharga dari yang instan: Bikin pop mie memang cepat, tapi lebih sehat kalau kita masak sendiri walaupun waktunya lebih lama. -> ini yang nulis penggemar mie instan lhoo :p


Be blessed!

27 Januari 2015

Bungkus Kado

Manusia pada umumnya memiliki kecenderungan untuk menjadi betah di dalam comfort zone, demikian pula halnya dengan saya. Saya menyukai stabilitas, kondisi yang tidak berubah-ubah, dan tentunya kepastian yang jelas untuk hari-hari ke depan. Saat ini saya menempati sebuah flat housing sewa yang sama dalam waktu enam tahun terakhir. Bukan flat yang mewah, namun cukup baik dan nyaman untuk saya, memiliki akses yang baik dan mudah untuk menjangkau berbagai tempat di kota saya.

Desember lalu tiba-tiba pemilik flat mengabari bahwa unit yang saya tempati akan dijual, sehingga di bulan Januari saya harus pindah ke unit yang lain. Perubahan yang mendadak ini benar-benar membuat saya tidak nyaman, sebab saya adalah orang yang suka dengan kestabilan, suka dengan comfort zone, dan suka dengan hal-hal yang sudah ter-planning jauh sebelumnya. Untuk move dalam waktu sebulan bukan sesuatu hal yang mudah untuk saya, pertama harus mencari unit baru yang sama besar dengan unit sekarang ini, karena saya tinggal dengan beberapa orang, selain itu juga memindahkan berbagai macam perabotan dan barang-barang pribadi yang luar biasa banyaknya.

Tidak lama kemudian, saya mendapat info bahwa unit dengan spesifikasi yang saya cari sudah ada, oleh karena unit tersebut tidak banyak jumlahnya dan kondisinya masih tersewa orang lain, maka sebelum saya bisa cek kondisinya, unit tersebut harus sudah di-book dahulu dengan membayar sejumlah down payment. Prosedur tersebut saya lakukan dan ketika penyewa sebelumnya sudah berakhir masa sewanya, saya bisa melakukan cek unit. Ternyata kondisinya tidak seperti yang saya bayangkan... mulai dari kondisinya yang kotor, bau, unit pendingin yang rusak, kondisi dinding dan pintu yang rusak bahkan kusam, membuat saya menjadi ragu. Namun di saat itu saya merasa tidak punya pilihan, akhirnya saya ambil juga unit flat tersebut.

Setelah pembayaran sewa dilunasi, perbaikan yang cukup banyak mulai dilakukan. Dalam masa-masa perbaikan unit, seorang teman mengomentari unit tersebut. Ia mengatakan bahwa ada unit yang harganya jauh lebih murah daripada unit yang saya sewa dan posisinya tepat di atas unit sewa saya yang lama!...dan celakanya, beberapa waktu lalu di area lantai yang sama dengan unit baru yang saya sewa, pernah terjadi pembunuhan, bahkan ada desas-desus dari orang sekitar tentang adanya penampakan hantu di depan koridor ex unit terjadinya pembunuhan tersebut!

Sebagai manusia normal, saya kecewa, marah, dan merasa tertipu oleh perantara yang menyewakan unit tersebut kepada saya. Namun di saat saya merasa "down", Tuhan mengingatkan kepada saya bahwa kadang ketika Tuhan mau memberikan "kado" kepada kita, Ia memakai "bungkus kado" yang usang, "bungkus kado" yang jelek dan tidak menarik.

Tiba-tiba saya jadi teringat kisah yang pernah saya baca, yaitu seorang pengemis yang memiliki mangkuk yang sangat berharga karena antik, namun karena mangkuk tersebut kondisinya sudah tertutup debu, kotoran, maka pengemis tersebut memakainya sebagai mangkuk untuk meminta-minta. Namun ironisnya, hingga ia meninggal, ia tidak tahu bahwa mangkuk tersebut sebenarnya sangat berharga dan bahkan jika ia bisa menjualnya, maka ia tidak perlu hidup dengan meminta-minta lagi.

Disini saya diingatkan, bahwa "kado" atau berkat Tuhan, terkadang di"bungkus" dengan masalah atau hal-hal yang buruk. Namun jika kita bisa menerimanya, dan mulai mengupas masalah ("bungkus") tersebut satu demi satu, maka berkat (isi "kado") yang luar biasa akan kita terima. Sampai saat ini saya tidak tahu apa sebenarnya "kado" yang mau Tuhan berikan lewat kejadian unit flat ini, karena "bungkus"nya terlihat jelek.

Namun saya mau mencoba belajar untuk menerimanya, sebab saya tahu Tuhan Yesus baik dan Ia adalah Bapa saya, tentunya Ia tidak akan memberikan sesuatu yang buruk atau bahkan mencelakakan saya. Ia mau saya belajar untuk memilih segala sesuatu dengan pertimbangan yang matang, belajar untuk menerima dan merespons secara positif hal-hal buruk yang menimpa saya, dan tentunya di balik semua itu, saya percaya ada "kado" yang baik sedang mengintip di balik semua masalah yang ada.

Jika kita membaca kitab Kejadian 37-50, kita akan tahu, bahwa sebelum Yusuf menerima "kado" jabatan sebagai Perdana Menteri Mesir, Tuhan mem"bungkus"nya dengan berbagai macam masalah, mulai ia dibuang ke sumur, dijual sebagai budak, difitnah, dan dipenjara, namun setiap jalur tersebut, setiap "bungkus" jelek tersebut, membawa ia semakin dengan dengan "kado" sesungguhnya yang Tuhan mau karuniakan kepadanya.

Di awal tahun yang baru ini, saya tidak tahu anda diijinkan untuk menghadapi masalah apa, but don't judge a book by it's cover, jangan menilai buku dari sampulnya, jangan menilai "kado" Tuhan dari "bungkus"nya. Percayalah kalau Tuhan sendiri mau merendahkan diriNya dengan menjadi manusia, bahkan dihukum untuk menanggung segala dosa kita, tentunya Ia akan mengaruniakan segala sesuatu yang baik kepada kita.

Ingatlah, Ia adalah Bapa kita, kalau bapa di dunia yang jahat tahu cara melindungi dan mengasihi anaknya, tentunya Bapa kita yang baik akan sanggup melakukan hal-hal yang jauh lebih baik daripada itu. 

Tuhan Yesus memberkati!

8 November 2013

Pengubah Sejarah

1 Raja-Raja 17:8-16 - Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia: "Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan." 
Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: "Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum." Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: "Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti." 
Perempuan itu menjawab: "Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati." 
Tetapi Elia berkata kepadanya: "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu. Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi." 
Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya. Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.

Dari kisah di atas, kita mendapati bahwa ada seorang janda miskin dengan seorang anaknya dan Elia yang diperintahkan Tuhan untuk menemuinya. Ketika Elia bertemu si janda, betapa kagetnya dia bahwa si janda ternyata adalah janda miskin yang hanya memiliki sedikit tepung dan minyak untuk dibuat roti terakhir bagi dia dan anaknya sebelum mereka mati karena kelaparan. Tapi Elia percaya bahwa Firman Tuhan yang diberikan kepada dia adalah benar sehingga dia tetap memerintahkan si janda untuk memberi dia makan. Puji Tuhan respon si janda adalah respon yang positif sehingga pada akhirnya kita semua tahu akhir ceritanya, si janda dan anaknya dapat terus hidup sebab tepung dan minyak itu tidak pernah habis sampai pada waktu hujan turun.

Dari kisah tersebut, kita mendapati bahwa breakthrough yang kita butuhkan, seringkali datangnya pada masa-masa sulit kita, dan bahkan kita masih harus membayar harganya. Bayangkan ketika kita ada dalam posisi si janda, kita berhak untuk berpikir, “Tuhan, aku cuma punya roti dan minyak sedikit, cukup hanya buat aku dan anakku sebelum kami mati. Masakan Engkau tidak tahu penderitaan kami? Dan Engkau malah sekarang menyuruh kami memberi makan orang yang kami tidak kenal.” Tapi tidak demikian dengan si janda, dia berani mengambil resiko, mendahulukan kebutuhan orang lain daripada kebutuhannya. Sebagai akibat dari imannya, dia justru mendapatkan kebutuhannya dicukupi bahkan sampai berkelimpahan. Dari yang seharusnya sejarah mencatat “ada seorang janda dan anaknya mati”, menjadi tercatat “ada seorang janda dan anaknya hidup (berkelimpahan)”, bahkan kesaksian ini menjadi kesaksian kekal yang dicatat di dalam Alkitab dan dibaca sampai beribu-ribu tahun kemudian.

Tahukah anda bahwa kita sebagai pengikut Kristus dipanggil menjadi pengubah-pengubah sejarah ini? Entah sejarah dalam hidup kita, atau sejarah dalam kehidupan orang lain. Sebab Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang sanggup mengubah sejarah: memberikan kehidupan pada yang mati, memberikan kesembuhan pada yang sakit, memberikan kemenangan pada yang kalah, dan memberikan kesuksesan pada yang gagal. Apakah anda siap untuk menjadi pengubah-pengubah sejarah bagi Kristus?

Tuhan Yesus memberkati!

7 November 2013

Dalam Pemeliharaan Tuhan

Malam ini, ketika saya browsing-browsing blog lama saya, saya melihat ada 1 post (yang adalah kesaksian hidup saya sendiri) yang terekam dalam blog itu. Bahkan, saya sendiri lupa pernah mengalami hal tersebut dan menuliskannya. Well, when I'm reading on that, I'm still amazed by how GOD takes care of my life this far. Oleh karena itu, saya ingin berbagi berkat yang sama buat anda, semoga bisa menjadi inspirasi. :)


18 Mei 2011

Good is good.. All the time..

Hari Jumat malam lalu, seorang teman saya yang adalah ketua sebuah sel grup (persekutuan doa) sedang chatting dengan saya. Tiba-tiba dia bercerita bahwa salah seorang anggota sel nya mengalami masalah yang cukup berat. Dia tidak bisa membayar uang sekolahnya selama 5 bulan. Sementara mobil ayahnya yang bekerja sebagai sopir antar jemput, sedang rusak 1 minggu itu. Lebih parah lagi, hari Seninnya dia sudah UAS; yang mana kalau dia tidak bisa melunasi uang sekolahnya, dia tidak bisa mengikuti UAS.

Ketika mendengar berita itu, hati saya tergerak oleh belas kasih. Saya selalu prihatin dengan orang-orang yang kesulitan untuk melanjutkan sekolahnya, tapi terbentur biaya. Saya mengerti keadaan mereka karena saya juga pernah mengalami hal yang sama, tapi Tuhan menolong saya dengan cara-cara-Nya yang ajaib.

Terkadang saya berandai-andai, andai saja uang anak-anak orang kaya yang tidak niat untuk sekolah, bisa berpindah ke tangan anak-anak lain yang kurang beruntung secara finansial, tapi memiliki kemauan keras untuk belajar. Daripada uang itu dihambur-hamburkan untuk hal yang sia-sia, bukankah jauh lebih berguna jika digunakan untuk biaya sekolah anak-anak yang kurang mampu.

Tapi yang namanya berandai-andai tetap saja hanyalah andai-andai.. Hehehe.. Sama aja bo'ong kalau kita tidak bertindak dan cuma berbicara saja.

Akhirnya tanpa pikir panjang, saya langsung mengambil keputusan untuk mengosongkan account tabungan saya untuk membantu anak ini. Jumlahnya memang tidak banyak, hanya bisa meng-cover sebagian saja karena sebelumnya uang saya juga sudah saya gunakan untuk membantu anak lain dengan kasus yang sama.

Karena saya tahu bahwa dana yang dibutuhkan belum ter-cover semua, maka saya mengambil inisiatif untuk menggalang dana. Saya menghubungi beberapa teman saya dan puji Tuhan, ternyata mereka juga tergerak untuk membantu anak ini. :D

Disamping itu, saya juga berdoa pada Tuhan untuk mengirimkan bala bantuan bagi anak ini. Kabar terakhir yang saya dengar dari teman saya, si pemimpin sel anak ini, anggota-anggota sel grup nya ikut mengambil bagian dalam membantu anak ini, bahkan ada juga yang mencoba menawarkan pekerjaan agar anak ini dapat memiliki penghasilan sendiri nantinya.

Dari kasus ini, saya melihat bagaimana kasih Tuhan benar-benar nyata. Kejadian ini persis seperti yang diceritakan pada Kitab Kisah Para Rasul tentang bagaimana kehidupan gereja perdana. Mereka saling berbagi kasih, berbagi apa yang mereka punya, dan bersama-sama memuliakan Tuhan. :D

Nah, sampai hari ini, itulah kisah anak itu yang saya dengar. Saya belum sempat menanyakan lagi bagaimana kabar anak itu pada teman saya. Sekarang saya akan bercerita tentang kisah saya. :)

Seperti yang saya tulis di atas, saya mengosongkan isi tabungan saya di bank, yang artinya saldo saya sekarang dalam posisi 0. Uang saya yang tersisa di dompet cash hanya cukup untuk hidup 1 minggu, sementara proyek-proyek yang sedang saya kerjakan semua belum bisa ditarik pembayarannya. Alhasil, saya tidak tahu mau hidup pake uang siapa untuk minggu depan. Hahaha..

Tapi saya tidak terlalu memusingkan itu, karena sudah cukup terbiasa dengan kondisi seperti itu. Saya tahu dan saya percaya kalau Tuhan akan menolong saya.

Benar sekali, pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat. Kemarin saya baru saja menerima sebuah proyek yang kecil dan cukup mudah dikerjakan, yang artinya bisa segera saya selesaikan dan saya tarik pembayarannya. Dan hebatnya Tuhan, nilai proyeknya cukup untuk menghidup saya 2 minggu ke depan, tepat sebelum jadwal pembayaran saya yang lain bisa cair. Haleluyah, Praise the Lord!

Banyak sekali orang, yang kalau saya ceritakan kisah saya ini, selalu berkata, "Kalau kamu gitu terus kapan kayanya?" atau "Kenal aja ndak sama tuh orang, kenapa repot-repot bantu dia? Bukannya lebih baik kamu urus dirimu dulu?" Mendengar komentar-komentar seperti itu, biasanya saya hanya membalas, "Tuhan yang pelihara saya."

Hari demi hari, saya semakin bertumbuh dalam pengenalan akan diri-Nya, dimana pemeliharaan-Nya akan hidup saya menjadi semakin nyata. Yah, sama seperti manusia lain, saya masih punya rasa takut dan kuatir untuk masa depan, tapi ketika saya belajar untuk hidup dalam pemeliharaan Tuhan, saya dimampukan untuk tidak kuatir dan takut sehingga damai sejahtera itu dapat turun dalam hidup saya.

"Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya." (1 Timotius 6:17-19).

Tuhan memberkati!

6 November 2013

Lift Up the Standard

Yesaya 59:19 - Maka orang akan takut kepada nama TUHAN di tempat matahari terbenam dan kepada kemuliaan-Nya di tempat matahari terbit, sebab Ia akan datang seperti arus dari tempat yang sempit, yang didorong oleh nafas TUHAN.

Ayat di atas berbicara mengenai peningkatan standar (...Roh Tuhan akan mengangkat standar untuk menghadapinya). Latar belakang ayat ini, bangsa Israel sedang berantakan, hidup di dalam dosa. Tuhan menghukum mereka dengan menggunakan bangsa lain, di saat itu, Tuhan juga mengangkat standar bangsa Israel untuk menghadapi mereka, sehingga banjir (musuh) yang menyerang mereka, tidak bisa menenggelamkan mereka, sebab Roh Kudus mengangkat mereka.

Tujuan Tuhan mengangkat standar kita adalah agar kita mengalahkan setiap musuh dan tantangan, bisa berupa serangan iblis, masalah, pesaing kita, dan sebagainya.



Ada 2 hal yang penting dlm mengangkat standar,

Roh Kudus akan meningkatkan standar rohani kita

Mikha 3:8, Tetapi aku (Mikha) ini penuh dengan kekuatan, dengan Roh Tuhan, dengan keadilan dan keperkasaan, untuk memperingatkan Yakub. Iblis selalu berusaha menurunkan standar (moral) kita, lewat dosa dan hal-hal lain, oleh karena itu kita harus meningkatkan standar rohani kita, agar kita menang.
  • Tingkatkan standar doa, dimulai dari doa pribadi kita
  • Tingkatkan standar ibadah
  • Tingkatkan standar membaca dan merenungkan Firman, karena ini akan membantu kita untuk menghadapi "banjir" (musuh).
  • Tingkatkan standar kekudusan dan ketaatan kita

 

Roh Kudus akan meningkatkan standar kerja dan kemampuan kita

Peningkatan ini tdk semata-mata karena usaha kita, tetapi karena Roh Kudus. Daniel 6:4,"...melebihi para pejabat tinggi dan para wakil raja itu, karena ia mempunyai roh yang luar biasa, dan raja bermaksud untuk menempatkannya atas seluruh kerajaannya." Roh di dalam ayat tsb bukan Roh Kudus, tapi excellent spirit untuk melakukan segala sesuatu dengan standar yang tinggi.
Cara meningkatkan standar kerja dan kemampuan kita,
  • Tingkatkan profesionalisme kita, dalam ketepatan waktu, dalam kualitas
  • Tingkatkan leadership kita, kepemimpinan itu seperti katup, jika kita tidak meningkatkan leadership kita, maka yang di bawah kita tidak akan bisa naik
  • Tingkatkan kemampuan manajemen kita, tidak hanya dalam pekerjaan, namun dalam pelayanan
  • Tingkatkan upaya dan kerja keras kita

Tuhan Yesus memberkati!

5 November 2013

You Reap What You Sow

Galatia 6:7, "Jangan sesat!, Allah tidak membiarkan diriNya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya."
Apa yang kita tabur, suatu hari kelak akan kita tuai.
Ada beberapa prinsip dalam hukum tabur tuai,

 

Kita akan menuai jenis yang sama dengan apa yang kita tabur

Gal 6:7b, "...karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya." Ada beberapa benih yang bisa kita tabur,
Gal 6:9-10, "janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah." (benih kebaikan),  
Ayub 4:8, "Yang telah kulihat ialah bahwa orang yang membajak kejahatan dan menabur kesusahan, ia menuainya juga." (benih kejahatan),
Amsal 22:8,"orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana, dan tongkat amarahnya akan habis binasa." (benih kecurangan),
Lukas 6:38, "berilah dan kamu akan diberi..." (benih harta/uang).

Kita akan menuai kualitas yang sama dengan kualitas yang kita tabur

Jika kita mau memberi orang lain, berilah dengan kualitas yang terbaik, bukan hal-hal yang berkualitas buruk/bekas.

Kita akan menuai jauh lebih banyak daripada yang kita tabur

Kej 26:12, "maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil seratus kali lipat,..."
Matius 12:23, "yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti..." (sehingga menuai 30,60,100 kali lipat).

Kita akan menuai pada waktunya Tuhan

Kita tidak pernah bisa menghitung kapan waktunya kita akan menuai ketika kita menabur di ladang Tuhan.
Gal 6: 9, "Janganlah kita jemu2 berbuat baik, karena apabila SUDAH DATANG WAKTUNYA, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah."  
1 Tim 6:18-19," Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan berbagi, dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik di waktu akan akan datang..."

Tuhan Yesus memberkati!
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...