Iman secara sederhana dipahami oleh sebagian besar orang adalah percaya,
berharap, lalu menerima mujizat. Namun dalam kenyataannya tidaklah
selalu demikian. Di Ibrani 11:39 dapat kita lihat, ternyata ada orang
yang beriman sungguh-sungguh serta punya kesaksian hidup yang baik,
tetapi tidak memperoleh apa yang mereka imani.
Iman tidak hanya
berbicara tentang pengalaman mujizat dari Allah, namun juga kerelaan
untuk menerima kedaulatan Allah bagi kita. Mungkin kita mengimani untuk
memiliki pasangan hidup yang kita idamkan, ternyata Tuhan belum
menghendaki, atau kita mengimani rencana bisnis besar, namun seolah
digagalkan Tuhan. Ketika iman kita bertemu kehendak Allah yang berbeda,
bisakah kita tetap berserah dan percaya kepadaNya?
Iman tidak
berbicara hanya tentang hidup saat ini, tapi lebih jauh lagi, yaitu
tentang hidup kekal. Iman harus memandang jauh ke depan, kepada hal-hal
jauh di depan kenyataan hidup kita saat ini. Ketika kita fokus terhadap
hal-hal kekekalan, bukan realita saat ini, kita akan dapat bersukacita
ketika kita tidak mendapatkan apa yang kita imani di dunia ini. Kita
dapat berkata, "Jadilah kehendakMu Tuhan, karena saya percaya
kehendakMulah yang terbaik. Kita akan menjadi orang dewasa dalam Tuhan,
ketika iman kita dapat menerima kedaulatan Allah.
Tuhan Yesus
memberkati!