28 Oktober 2012

Main Hakim Sendiri

Ketika kita terlibat dalam obrolan ringan, entah itu di kantor, di rumah, di sekolah, di komunitas gereja, secara sadar/tidak sadar kita pasti pernah membicarakan orang lain. Kalau itu membicarakan hal-hal baik dan membangun, maka tidak akan menjadi suatu masalah, tetapi jika yang dibicarakan adalah hal "negatif" tentang orang lain dan bahkan membuat opini teman-teman kita berubah negatif terhadap orang lain tersebut akibat pembicaraan kita, maka itu akan menjadi masalah.

Seharusnya ketika kita akan memberikan penilaian, opini, atau kesimpulan atas tindakan orang lain yang kita nilai "negatif", kita perlu untuk berpikir berkali-kali dan berhikmat. Sebab kita tidak tahu dengan jelas kondisi sebenarnya/latar belakang/apa yang telah dialami oleh orang lain tersebut sehingga ia melakukan hal yang dirasa kita "negatif".

Mintalah hikmat dan berhati-hatilah dalam berpikir dan berkata-kata, sebab ukuran yang kita berikan untuk menilai/menghakimi orang lain, akan dipakaikan kepada kita. Dan Tuhan sendiri ber-firman dalam Matius 7 : 4-5, "Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu, Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau dapat melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."


Jadi lebih baik kita menilai diri kita dahulu dan memperbaikinya, daripada kita menilai orang lain, apalagi jika ternyata itu salah, karena itu tidak akan membangun, malah akan menghancurkan orang lain. Pakailah hikmat, bangunlah orang lain dengan hikmat Tuhan, jangan menghakimi dengan pikiran dan perasaan atau berdasarkan opini orang lain.

Tuhan Yesus memberkati!
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...