Apakah ini terbatas? Tentu saja, karena kita adalah anak-anak Allah yang bekerja dengan Allah yang tidak terbatas. Mental blocking adalah suatu keterbatasan yang kita ciptakan dalam pikiran kita sendiri, dibentuk melalui pengalaman maupun lingkungan tempat kita bertumbuh, terutama lingkungan negatif ataupun pengalaman traumatis.
Bila kita memiliki banyak mental blocking, maka akan menghambat akselerasi yang Tuhan kehendaki dalam hidup kita. Ada beberapa contoh mental blocking yang sering kita temui di dalam kehidupan sehari-hari, antara lain,
- Ketidaksanggupan untuk menerima pekerjaan/pelayanan yang baru/berbeda
- Tidak fleksibel terhadap tuntutan waktu, yang semula terbiasa untuk mem-planning segala sesuatu jauh-jauh hari, tidak sanggup untuk menerima hal-hal yang mendadak/perubahan
- Terbiasa menyimpan uang sebanyak-banyaknya dan hidup sangat berhemat, karena merasa lebih aman dengan banyak tabungan.
- Mudah merasa seluruh kehidupannya gagal dan rusak, padahal hanya menghadapi satu kegagalan
- Merasa bahwa dirinya/cara bekerjanya seperti itu, tidak bisa berubah
- Berpikir bahwa pelayanan hanya untuk hari Minggu/di dalam gereja, namun tidak memberikan dampak positif untuk lingkungannya
- Beranggapan bahwa uang adalah tolak ukur kebahagiaan seseorang
- Merasa diri sendiri tidak mampu
- ...dan berbagai mental blocking lainnya.
Tuhan kita adalah Tuhan yang tidak terbatas, yang mampu memberkati kita dengan tidak terbatas, namun seringkali mental blocking kita sendiri-lah yang menghalangi berkat-berkat Tuhan. Ketika Tuhan menyuruh kita melakukan hal-hal di luar kebiasaan kita, yang mungkin terdengar tidak masuk akal, kita sudah mundur, sudah menolak, bahkan merasa bahwa itu bukan kehendak Tuhan. Padahal cara-cara Tuhan tidaklah terselami dan hal-hal yang tidak masuk akal, di luar comfort zone kita, bahkan bisa menarik kita masuk ke dalam berkat yang lebih besar dan lebih dalam.
Ada seorang karyawan yang mengidamkan memiliki sebuah rumah. Ia rajin menabung dan berdoa, namun setelah beberapa tahun berlalu, uang yang disimpannya masih belum mencukupi bahkan harga rumah idamannya semakin lama semakin mahal. Sampai pada suatu hari datanglah kesempatan untuk mengajukan kredit pada bank untuk membeli sebuah rumah, karyawan ini berpikir, "Apakah ini jawaban doaku selama bertahun-tahun? Tetapi kalau Tuhan mau memberkatiku dengan sebuah rumah, mengapa aku harus berhutang? Bukankah Tuhan adalah Tuhan yang sangat kaya dan tentunya sangat sanggup untuk memberkatiku tanpa harus membuatku berhutang kepada bank..." Lalu ia menimbang-nimbang lagi dan berdoa, sehingga akhirnya ia memantapkan hati bahwa ini adalah jalan yang Tuhan tawarkan dan jadilah ia mengambil kredit tersebut. Pada bulan-bulan awal cicilannya, ia hidup dengan sangat berhemat, semua pengeluaran diminimalisir sebisa mungkin, sehingga gajinya cukup untuk mencicil pinjaman beserta bunganya, meskipun ia hidup pas-pasan dan tidak nyaman. Tidak lama setelah itu, ia mendapat kabar dari kampungnya, bahwa kedua orang tuanya mendadak sakit, sehingga butuh biaya pengobatan, dan karena mereka sudah tidak bisa lagi bekerja akibat sakit, akhirnya berimbas kepada adik si karyawan ini, yang semula setelah lulus SMU berencana untuk melanjutkan kuliah, namun terhambat karena kondisi keuangan keluarga tersebut tidak memungkinkan untuk membiayai. Dalam kondisi yang pas-pasan dan tertekan, karyawan tersebut akhirnya membuka bisnis kecil-kecilan yang ia lakukan di luar jam kerja kantornya. Pada mulanya hasil bisnisnya hanya cukup untuk menutupi biaya pengobatan kedua orang tuanya, namun lambat laun, usahanya mulai berkembang, ia memiliki uang sisa untuk menyekolahkan adiknya, dan beberapa waktu kemudian, usahanya berkembang cukup baik sehingga ia memutuskan untuk keluar dari kantornya dan fokus kepada bisnis pribadinya. Selang beberapa tahun kemudian, ia menyadari, kalau ia tidak ditekan dengan kondisi cicilan rumah, orang tua yang sakit, dan adik yang terpaksa tidak bisa melanjutkan kuliah, ia tidak akan mungkin berpikir untuk berbisnis sendiri. Bahkan saat ini ia bisa melihat, ia mendapat berkat rumah, yang cicilannya telah usai, kedua orang tuanya kembali menjadi sehat, dan adiknya bisa menyelesaikan kuliahnya dengan baik. Disini ia melihat, Tuhan bisa memakai cara-cara yang tidak biasa, mungkin membuat ia harus keluar dari comfort zone, namun Tuhan mampu memberkati secara luar biasa, tidak hanya rumah, pendidikan, kesehatan yang didapatnya, namun pengenalan yang lebih dalam akan pribadi dan cara kerjaNya.
Mental blocking apakah yang anda miliki saat ini? Catatlah pada secarik kertas dan doakanlah kepada Tuhan, agar Dia membantu kita untuk melepas seluruh benteng-benteng pada pikiran/mentalitas kita, dan usahakanlah untuk selalu hidup dalam pimpinan Roh (Roma 8:12-17). Sebab Roh Allah tidak membuat kita menjadi takut, Dia akan memimpin kita dan memastikan kita untuk menerima janji-janji Allah sehingga kita bisa hidup berkemenangan dan berkelimpahan tanpa batas di dalam Tuhan.
Tuhan Yesus memberkati!