Saya adalah seorang pengusaha yang baru merintis usaha saya 2 tahun belakangan ini. Mungkin bagi anda yang memiliki profesi yang sama dengan saya, saat-saat sekarang ini merupakan saat-saat yang kritis untuk pembayaran rekanan bisnis kita maupun karyawan kita. Karena pada hari ini, dimana saya menulis testimoni ini, merupakan hari-hari terakhir menjelang libur hari raya Lebaran yang cukup panjang dan sebagai pengusaha, ada semacam “kewajiban” untuk melakukan pembayaran pekerjaan maupun THR (Tunjangan Hari Raya) kepada karyawan atau rekanannya sebelum libur dimulai..
Oleh karena sebagian besar karyawan saya adalah karyawan dengan sistem kontrak per pekerjaan, maka saya tidak memiliki kewajiban untuk melakukan pembayaran THR seperti yang dilakukan oleh perusahaan dengan karyawan-karyawan tetapnya. Tetapi saya memiliki kewajiban untuk melakukan pembayaran terhadap rekanan bisnis saya yang kewajiban pekerjaannya telah selesai dan karyawannya membutuhkan pembayaran pekerjaan serta THR sebelum memasuki masa liburan hari raya tersebut.
Oleh karena dana yang harus saya tagihkan untuk pembayaran rekanan bisnis tersebut bersumber dari perusahaan dengan skala yang cukup besar, maka sejak 5 minggu yang lalu saya telah memasukkan semua berkas tagihan saya untuk diproses. Janji awal dari mereka, pembayaran tagihan saya akan diberikan berupa giro per tanggal 11 September lalu. Oleh karena itu, satu hingga 2 minggu sebelum tanggal 11 tersebut, saya hanya melakukan pengecekan rutin ke pihak mereka mengenai posisi tagihan tersebut (sudah proses sampai di divisi apa? sudah ditandatangani atau belum? dan sebagainya).
Namun ternyata kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang telah mereka janjikan, janji pembayaran tanggal 11 akhirnya diulur menjadi tanggal 15. Melihat perkembangan yang seperti itu, sebagai manusia biasa, saya pun menjadi cemas dan khawatir bahwa pembayaran tanggal 15 pun akan meleset juga, padahal di satu sisi tanggal 18 adalah hari terakhir perusahaan beroperasi, baik rekanan bisnis saya maupun perusahaan tempat saya menagihkan pembayaran, jadi hanya tersisa 3 hari lagi kesempatan untuk mendapatkan pembayaran tersebut.
Akhirnya tanggal 15 tiba dan kecemasan saya terbukti beralasan, pembayaran tetap belum bisa dilakukan. Saya memutuskan mulai keesokan harinya, secara aktif saya menunggu di kantor mereka sembari melobi pihak manajemennya agak giro saya segera ditandatangani dan diberikan. Hingga sore tanggal 17, mereka hanya mengkonfirmasi saya bahwa giro saya masih belum terbit. Malam harinya saya hanya bisa pasrah dan berdoa kepada Tuhan, “Jika Tuhan berkenan, maka bukakanlah jalan untuk pencairan pembayaran tersebut, tetapi jika belum, maka berikanlah pertanda”. Tetapi Tuhan hanya meminta saya untuk tetap berusaha dan berdoa. Dengan jawaban tersebut saya bingung juga, sebab saya merasa telah berusaha semaksimal mungkin untuk melobi mereka, sehingga hal satu-satunya yang masih bisa saya usahakan adalah berdoa terus.
Tanggal 18 September pagi saya sudah menunggu di kantor mereka, dengan harapan giro akan diberikan ketika pukul 08.30, karena pada jam itulah kasir pembayaran mereka buka. Saya menunggu hingga pukul 09.00 tetapi loket kasir mereka tetap belum dibuka, bahkan sayup-sayup saya mendengar dari balik bilik kasir tersebut pembicaraan antara petugas kasir dan manajernya, bahwa giro saya masih belum mereka dapatkan hingga pagi ini.
Mendengar hal tersebut saya tetap berusaha berbesar hati dan tetap berdoa juga. Sementara saya tinggalkan loket kasir yang belum buka tersebut untuk ke toilet. Sekembalinya saya dari toilet, saya menuju kembali ke kasir dan berharap bahwa loketnya telah buka dan saya bisa segera menanyakan langsung status tagihan saya. Disinilah ternyata saya membuktikan untuk kesekian kalinya lagi, pertolongan dari Tuhan tidak pernah terlambat!. Setibanya di depat loket, saya mendapati loket tersebut telah buka dan saya dipanggil petugasnya untuk menerima pembayaran giro saya. Saya tidak tahu bagaimana prosesnya hingga giro itu tiba-tiba sudah ada di tangan mereka, tetapi terima kasih Tuhan!….., karena pertolonganMu tidak terlambat.
Tetapi ternyata semuanya tidak selesai sampai disana. Giro yang saya terima ternyata berbeda dengan giro yang saya terima dari mereka biasanya. Bank penerbit giro tersebut adalah bank dimana saya tidak memiliki rekening di sana, sehingga untuk mencairkan giro tersebut (jika beda bank), bisa memakan waktu 2 hingga 3 hari. Tetapi petugas kasir tersebut memberi tahu saya bahwa giro tersebut bisa ditransfer langsung dari bank penerbit ke bank dimana rekening saya berada, dengan sistem RTGS dengan dikenai biaya Rp. 5.000,- sebelum jam 10 pagi, sebab tanggal 18 ini merupakan hari terakhir operasional mereka menjelang libur panjang.
Saya menerima giro tersebut pukul 09.04, sehingga setelah saya mendengar keterangan tersebut, secepatnya saya segera mencari angkutan umum ke bank penerbit giro. Uang yang saya pegang waktu itu hanyalah Rp. 28.000,- dan angkutan umum yang mengantarkan saya ke bank meminta Rp. 15.000,-. Tetapi karena saya membutuhkan waktu yang singkat, maka saya segera memutuskan untuk menuju ke tempat tersebut secepatnya. Sesampainya di bank pukul 09.20, saya segera berlari menuju posisi bank itu dan menanyakan apakah bank tersebut bisa mentransfer giro itu ke rekening bank saya secara langsung dengan RTGS. Ternyata info dari petugas kasir tadi benar dan saya menanyakan sekalian biaya untuk RTGS-nya. Entah kesalahan info dari kasir atau setiap bank memiliki beda peraturan, ternyata biaya RTGS adalah sebesar Rp. 50.000,- untuk non nasabah bank itu. Saya kebingungan, sebab uang yang tersisa di dompet saya hanya Rp. 13.000,-, sementara di ATM saya hanya Rp. 6.000,- saja yang tertinggal.
Saya segera menghubungi saudara saya untuk mentransfer dana sejumlah Rp. 50.000,- secepatnya. Saya menunggu di depan antrian ATM dan ketika antrian tinggal 1 orang di depan saya, saya menyadari bahwa 2 mesin ATM di dalam ruang kaca di depan antrian hanya beroperasi 1 mesin saja. Yang satu lagi; yang bisa mengeluarkan uang dalam pecahan Rp. 50.000,- malah tidak beroperasi, sedangkan yang beroperasi adalah yang memiliki pecahan Rp. 100.000,-. Saya cukup kaget karena mesin yang tidak beroperasi itu juga banyak antrian yang ternyata hanya untuk transaksi non tunai (transaksi tunainya tidak bisa berjalan; jadi bukan berupa mesin khusus non tunai). Kepanikan langsung melanda dan saya segera mengkontak saudara saya untuk menambahkan dana kembali agar saya bisa menariknya dalam pecahan Rp. 100.000,-.
Setelah dana berhasil saya tarik, waktu sudah menunjukkan pukul 09.50. Saya lebih terkejut lagi setelah mendapati bahwa bank sudah menjadi penuh dan nomor antrian yang saya pegang adalah nomor 27, sementara nomor antrian yang sedang dilayani adalah nomor 19 dan kasir yang melayani mereka semua hanya 1 orang kasir saja. Saya pasrah dan hanya menunggu di depan kasir hingga nomor antrian saya dipanggil, kalau memang Tuhan telah mengizinkan giro saya keluar hari tersebut, maka Tuhan akan memberikan jalan untuk pencairannya. Tiba giliran saya dipanggil, saya diinfokan oleh mereka bahwa RTGS masih tetap bisa dilakukan meski jam sudah menunjukkan pukul 10.30. Puji Tuhan!, ternyata pertolonganNya terbukti lagi tepat pada waktunya. Setelah transaksi selesai, mereka menyampaikan bahwa dana akan sampai di rekening sekitar pukul 12.30 hingga 13.30. Mendengar hal tersebut saya cukup lega, terlebih lagi ketika saya menanyakan jam terakhir operasional mereka hari itu adalah pukul 15.00, berarti dana akan sampai di rekening tepat pada waktunya dan bisa ditarik seluruhnya secara tunai untuk diberikan kepada rekanan bisnis saya (rekanan bisnis saya memiliki rekening bank yang berbeda dari rekening saya, sehingga jika ditransfer akan memakai waktu 2 hari kerja, jadi untuk mempercepat, maka mau tidak mau dana harus ditarik seluruhnya secara tunai).
Sesudah semua proses selesai, saya meminta saudara saya untuk menunggu di bank penerima dana untuk menariknya. Saya kira semuanya telah berakhir, tetapi saya dihubungi saudara saya bahwa bank penerima akan tutup pada pukul 13.00, tutup sebelum range penerimaan dana dari pihak bank penerbit giro yang dijanjikan antara pukul 12.30 hingga 13.30.
Saya langsung kembali ke bank penerbit, untuk menanyakan kepastian sampainya dana, tetapi mereka tidak bisa memastikan kapan tepatnya, sehingga saya hanya menunggu di depan teller. Pukul 11.40 saya menanyakan kembali ke mereka dan sekali lagi, tangan Tuhan tidak terlambat lagi bekerja. Dana dikabarkan sudah sampai dan sudah bisa ditarik seluruhnya secara tunai, sehingga pembayaran rekanan bisnis saya bisa langsung dilakukan, puji Tuhan!!.
“Sungguh Engkau telah menjadi pertolonganku, dan dalam naungan sayap-Mu aku bersorak-sorai.” (Mazmur 63 : 7) Setelah seluruhnya benar-benar selesai, saya berjalan untuk mencari angkutan umum kembali ke tempat tinggal saya. Di saat tersebut Tuhan berbicara di dalam hati saya untuk membagikan kisah hari ini, agar mereka yang sedang mengalami keputus-asaan, putus pengharapan, dapat dikuatkan melalui kisah ini dan tetap percaya dan berharap kepada Tuhan akan pertolonganNya, sebab pertolongan sejati untuk seluruh hidup kita hanyalah berasal dari satu Pribadi, yaitu Pribadi Tuhan yang kita kenal dalam Yesus Kristus. “Nyanyian ziarah. Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.” (Mazmur 121 : 1 – 2)
Jadi bagi setiap pembaca kesaksian ini, yang masih bergumul dalam permasalahan, tetaplah teguh berharap di dalam Tuhan, sebab pengharapan akan menghasilkan iman, dan iman akan membuat tangan Tuhan bekerja menolong kita dari permasalahan-permasalahan kita. Apa yang terjadi pada saya, dapat terjadi pada anda semua, karena kita semua adalah anak-anak Allah yang sangat dikasihiNya. Dia hanya mau kita percaya, berusaha dan tetap lurus di jalanNya, maka hatiNya tidak akan pernah jauh dari hati kita dan tanganNya tidak pernah kurang panjang untuk menolong kita. Amen!
Tuhan Yesus memberkati!
-PDLA-